Kamis, 09 Desember 2010

Cinta Itu Musibah

Azira Najiyah Putri adalah salah satu siswi teladan di SMU Tunas Bangsa. Dia adalah seorang cewek yang memiliki paras cantik, pintar, dan memiliki banyak teman. Selain itu Zira merupakan cewek yang diidamkan para cowok. Itu semua karena sikapnya selalu ramah kepada setiap orang, namun dilain sisi ia sering bingung akan masalah yang dihadapinya. Apalagi menyangkut masalah cinta...
Suatu pagi, Zira tampak murung. Dira teman dekatnya berusaha mencari tau akan perubahan sikapnya yang aneh.
”Pagi, ra...!!” Ucap Dira
Zira tetap membisu, tiba-tiba datang Tia teman sebangkunya Zira
”Heii, kenapa bengong?” Tia meminta jawaban pada Dira
”Kita gak bengong kok, aku lagi bingung nih..!! Zira gak mau bicara,..” Dira mengambil napas sesaat ”gak kayak biasanya dia diam begini..”
Tia memegang pundak Zira ”Ra, kamu kenapa?” sesaat ia melihat kearah Dira yang masih bingung ”Kita disini bingung Ra akan sikap kamu sekarang.. Kamu ada masalah ya sama Dhafa ..?”
”Aduh.. kalian ini apa-apaan sih...” Zira melihat temannya satu per satu. ”Dengar ya!! aku Cuma capek aja, abisnya banyak PR yang mesti aku kerjain..”
”Ra, kamu gak mesti bohong sama kita-kita. aku yakin kamu lagi dalam masalah. besar..” Dira meyakinkan Tia
”Iya Ra, kamu jujur aja.. Kita pasti bantuin kok” ucap Tia sambil tersenyum
”Duh.. sebenarnya ini bukan masalah besar!!” Zira meyakinkan teman-temannya ”Kemarin aku baru saja mutusin Dhafa...” tiba-tiba Dira memotong pembicaraan
”Loh.. kok kalian putus? bukannya dia cinta sejatimu Ra?”
”Haloo... Hari gini bicarain cinta sejati... Hidup kita tuh masih panjang guys..!” Tia memutarkan badannya membelakangi kedua temannya ”Jodoh, takdir, rezeki, dan musibah tuh semuanya Sang Pencipta yang ngatur. So, kita gak boleh sembarangan bilang kalau itu Cinta sejati kita or apalah...”
”Aduh... kok kalian bahas itu sih?? Aku belum selesai bicara tau...” Zira langsung meninggalkan kedua temannya
Kedua temannya terdiam dan membiarkan Zira pergi menenangkan pikirannya.

Zira tiba dikantin sekolah, dan ia berusaha untuk tenang dengan masalah yang dihadapinya.
Duh...
kok gak ada satu pun orang yang bisa ngertiin aku yah...
Ucapnya dalam hati

Tiba-tiba Irwan salah satu penggemar Zira datang menghampirinya. Irwan adalah cowok tajir, sombong dan suka menukar semuanya dengan uang. Irwan menyukai Zira namun ia tidak berani mengungkapkannya hingga ia korbankan teman dekatnya Farhan untuk mendekati Zira.
”Heii, Zira... sendirian saja nih..?” Irwan duduk dibangku sebelah Zira dengan 2 botol teh ditangannya dan diberikannya satu kepada Zira
”Makasih wan..” Ucapnya sambil tersenyum
”Kamu kenapa menyendiri? mana teman-temanmu!” Irwan celingak-celinguk kekanan dan kekiri mencari teman-temanya Zira ”O.. yah tadi Farhan titip salam buat kamu..?” Irwan tersenyum
”O.. yah!!” Zira menoleh kearah Irwan ”Tapi.. kok dia gak bilang langsung ke aku yah?” Zira tampak berharap
”Dia sibuk kali. makannya dia titip salam buat kamu..!” Irwan memesan beberapa makanan ringan ”Gimana hubungan kamu dengan Dhafa?”
Zira terdiam membisu
”Maaf Ra, aku salah ngomong ya?” Irwan menyesal telah menanyakan hal tersebut
”Kamu gak salah kok, kita juga sudah putus..!!”
”Tapi kenapa kamu tampak sedih, sepertinya kamu tidak menginginkan hal ini terjadi?”
”Gak kok, kemarin aku yang mutusin dia, itu karena dia suka ngatur-ngatur aku. aku benci sikapnya yang kekanak-kanakan. Namun aku kesal abisnya hingga sekarang dia masih menungguku kembali padanya” Zira melihat Irwan yang sangat memperhatikannya ”Duhh.. kok aku jadi curhat ya..” Zira tampak malu karena baru kali ini ia cerita banyak hal kepada teman cowoknya
”Gak apa-apa kok Ra, aku senang kamu mau cerita ma aku..”
”Duh, maaf ya wan aku jadi gak enak. Aku kekelas ya, salam balik buat Farhan..!” Zira tersenyum meninggalkan Irwan
Irwan tampak kcewa karena ia melihat dari sorot mata Zira tidak terungkap bahwasannya Zira menyukainya melainkan temannya Farhan.
Setelah cerita bersama Irwan, Zira bertukar cerita pada kedua temannya. Mereka sangat akrab dan saling mendukung satu sama lain. Kedua temannya sangat mendukung keputusannya yang tidak akan kembali lagi pada Dhafa, dan membuka hati untuk Farhan. Sampai akhirnya Zira memutuskan untuk melanjutkan kuliah disatu universitas bersama Farhan.

Hari begitu cepat berlalu tidak terasa sekarang Zira telah berada disuatu universitas terfavorit di Jakarta. Dimana pun ia berada semua orang senang mengenalnya. Disini Zira bertemu kembali bersama Irwan dan Farhan, Zira kecewa saat mengetahui bahwa ia tidak sefakultas bersama Farhan melainkan Irwan. Namun ia senang karena bisa berada seUniversitas dengan Farhan.
Zira sangat cantik, tidak salah jika banyak orang yang menyukainya. Namun hal tersebut berbeda dengan Irwan setelah mengetahui perasaan Zira terhadap Farhan semakin dalam, Irwan jadi kecewa dan menganggap Zira sebagai sahabatnya. Farhan bingung akan sikap Zira terhadapnya, itu semua karena Irwan yang selalu bilang kalau Farhan menyukai Zira. Hingga akhirnya Zira benar-benar jatuh cinta terhadap Farhan. Tapi sayang Farhan tidak bisa mencintai Zira.
Suatu hari ditaman kampusnya Zira duduk sendiri dibawah pohon dengan laptop dipangkuannya, dan ia sangat berharap Farhan datang menemuinya, karena tempat ini sangat dekat dengan fakultas Ekonomi. Tiba-tiba datang seorang cowok menghampirinya
”Zira ya?” cowok tersebut tersenyum ramah padanya
”Iya.. kok tau?”
”Duh.. masak sih aku gak kenal cewek cantik seperti kamu...!” cowok tersebut mengulurkan tangannya ”Aku Tio. Anak fakultas Ekonomi”
”Zira..” Zira menjabat tangannya ”Hmm... Ekonomi ya..!! Berarti kamu kenal Farhan dong?”
”Ohh.. tentu..” Tio tersenyum ”kamu kenal dia?”
”Iya.. dia temanku waktu SMU..”
”O.. yah aku mesti ketemu dosen sekarang. aku duluan ya,..”
”Iya.. gak apa-apa..”

Zira terus memikirkan Farhan..
’Kenapa Farhan gak pernah bisa lihat perasaan aku yah...?’ gumannya dalam hati

Setelah pertemuannya dengan Tio di Taman minggu kemarin, Tio tampak dekat dengan Zira mereka sering jalan bareng selain itu Tio juga suka menghubungi Zira saat mereka tidak bisa bertemu. Sekarang Zira dibingungkan karena setelah kedekatannya itu Tio mengungkapkan perasaannya terhadap Zira. Zira tidak bisa menerima Tio karena ia menunggu Farhan, dan ia sangat berharap yang bicara dengannya ini adalah Farhan bukan Tio. Zira tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap Tio, dan ia berkata dengan jujur akan perasaannya. Pernyatan Zira tidak bisa Tio terima hingga akhirnya Tio membenci Zira dan selalu bicara yang bukan-bukan akan Zira kepada setiap orang. Namun hal tersebut tidak membuat Ando cowok fakultas sejarah mundur untuk mendapatkan Zira. Ando selalu berusaha mencari tahu tentang Zira. Ando adalah tipe cowok yang baik, ramah dan sangat perhatian. Namun dirinya tidak bisa menggantikan posisi Farhan dihati Zira. Ando capek akan perlakuan Zira yang menganggapnya hanya teman biasa dan ia pun akhirnya mundur sebelum mengungkapkan perasaannya terhadap Zira.

Suatu malam Zira berkumpul bersama kedua temannya yang sekarang berbeda Universitas dengannya. Zira mengajak kedua temanya untuk menginap dirumahnya malam ini dan menceritakan semua yang terjadi ditempat kuliahnya kepada Dira dan Tia, kedua temannya sedih akan keputusannya yang secara tidak langsung telah mensia-siakan dua cowok yang care dengannya. Zira sedih karena kedua temannya menganggap keputusannya salah. Namun Zira tetap mempertahankan pilihannya. Malam begitu indah tidak terasa sudah tengah malam, Zira mengajak kedua temannya untuk tidur. Beberapa menit kemudian mereka bertiga terlelap dalam mimpi.
Pagi yang cerah, kedua temannya telah bangun mendahuluinya. Setelah sarapan Dira dan Tia berpamitan untuk pulang. Zira senang karena teman-temanya masih mau mendengarkan ceritanya walaupun selalu bertentangan dengan keputusan Zira.

Dikampus tampak ramai, setelah tiba diruangan Zira hanya melihat Niko sedang duduk dengan buku tebal yang sedang dibacanya. Niko adalah cowok lembut, perhatian, baik dan sangat pengertian pada teman yang sedang kesusahan. Niko sangat dekat dengan Zira, Ia selalu memperhatikan saat Zira bertukar cerita dengannya, Niko adalah sahabat keduanya setelah ia berpisah dengan kedua sahabatnya.
”Pagi, Ra..” Niko menoleh Zira yang berada didepan pintu
”Hmm... kirain kamu gak bakal tahu kalau ada aku disini. Baca apa sih Nik..?”
”Biasa novel terbarunya J.K. Rowling...”
”Kamu suka ya baca Harry Potter?”
”Gak terlalu sih, ..” Niko sekarang lebih memperhatikan Zira yang sedang berjalan menuju tempat duduknya ”O.. ya Ra gimana hubungan kamu dengan Tio dan Ando?”
Zira menoleh kearah Niko ”Tumben kamu tanyain masalah itu!” Zira mengambil buku dari dalam tasnya ”Aku gak tau apa maunya Tio, Dia selalu menganggap aku bodoh karena telah menolak cintanya. Kalau Ando!” Zira diam sejenak ”Ando biasa-biasa saja, sekarang kayaknya dia sudah mengerti perasaanku..”
”Ra,. aku boleh tanya sesuatu gak ?” Niko berjalan menuju Zira
”Duh.. kayaknya nih serius,..” Zira tampak gugup ”Hmm.. Bicara saja Nik, gak bakal aku bunuh kalau kamu salah bicara..” Zira tersenyum kecut
”Ra,. sebenarnya aku ...” tiba-tiba dosen masuk dan semua mahasiswa masuk menuju tempat duduknya masing-masing. Zira hanya bengong melihat Niko ”Ra.. kata kamu mau pinjam. nih bukunya” Niko memberikan buku yang ia pegang ketangan Zira

Zira sangat bingung akan tingkah niko, Ia berusaha untuk mengingat-ingat apa yang barusan diucapkan Niko, namun percuma ia tetap tidak dapat mengingatnya. Setelah matapelajaran kuliah selesai Okta teman dekat Niko datang menghampiri Zira, dan ia menjelaskan tentang isi hati Niko terhadap Zira. Zira sangat bingung, ia tidak menyangka orang yang dekat dengan memiliki perasaan terhadapnya. Okta menjelaskan bahwasannya walaupun Niko menyukai Zira, ia tidak bisa meninggalkan pacarnya yang selalu percaya dan baik terhadapnya. Zira bingung akan maksud Niko tersebut, Namun dilain sisi Zira senang. Zira merasa perasaannya terhadap Farhan perlahan mulai pudar. Itu semua karena Niko yang hadir dan memberi warna baru dikehidupannya.

Zira dan Niko sering berkomunikasi melalui handphone, Niko sangat baik dan pengertian terhadap Zira. Sekarang Zira telah berusaha untuk tidak berharap kepada Farhan yang selalu tidak menganggap Zira ada. Zira selalu menceritakan apa yang terjadi dengannya kepada Dira karena ia tau Dira pernah dekat dengan Niko. Dira sangat setuju akan keputusan Zira saat ini, untuk tidak berharap kepada Farhan. Zira dan Dira merahasiakan semua ini dari Tia karena ia tau Tia tidak akan setuju akan keputusan kedua Zira yang akan mendekati Niko seorang cowok yang telah memiliki kekasih. Sekarang Zira telah menyukai Niko begitu pula Niko. namun, mereka mesti merahasiakan semua ini. karena Niko tidak ingin mengecewakan pacarnya dan menyakiti Zira. Jika suatu saat orang tahu akan hal ini, pasti akan menjadi musibah buat Zira.

Zira sangat tidak mengerti akan masalah yang dihadapinya saat ini. Ia mencintai seorang cowok yang telah memiliki kekasih...
Banyak orang yang ingin memilikinya, namun itu membuatnya tetap berpendirian dengan Farhan orang yang dia suka, sampai akhirnya ia terjerat dijurang yang dalam, Ia tidak tahu apakah mungkin ia dapat tersenyum kembali setelah keluar dari jurang tersebut...!!
Atau.. ia akan merasakan sakit yang lebih dalam lagi karena tidak bisa memiliki Niko..??


~ The End ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar